Selasa, 20 Mei 2014

Please Be Mine (PART 5) END

"Libur telah tiba .. libur telah tiba hatiku gembiraaaaa" Ocha terus mendendangkan lagu itu saat Sheila dan Siska baru saja keluar dari kelas setelah menyelesaikan ujian terakhir mereka 

"rencana liburan kamu kemana cha ? senang banget" 
"gue rencananya seminggu ini bakalan hibernasi dirumah alias tidur ajah " 
"capek deh , aku pikir kamu senang banget karena liburan kemana gitu , taunya tidur ajah.. huuu" Siska menampakkan wajah frustasinya melihat kelakuan ocha yang ajaib itu. 
"Benny ngajakin aku buat liburan ke vilanya dipuncak, kalian ikut yaaa? " Kata Sheila tiba-tiba
"serius loe shei? dipuncak ??? vila?? gratisan dong?" kini ocha tampak sudah melupakan rencana awalnya untuk 'HIBERNASI' 
"Kalau vila pasti gratisan kalau makan yahh pakek uang sendiri dong cha" Siska ikut menimpali 
"okee, gue setuju" Ocha mengacungkan ibu jarinya tanda setuju
"kamu gimana sis? " 
"aku juga, lagian aku belum tau mau ngapain liburan ini" Sheila tersenyum manis membayangkan ini adalah liburan pertamanya bersama sahabat-sahabatnya ini. 

Ben hampir saja memuntakan susu yang sedang diminumnya ketika Benny mengajaknya liburan divila mereka dipuncak ,  bukan masalah vilanya atau masalah macet yang bakalan mereka lalui buat menuju vila yang membuat Ben kaget, melainkan fakta bahwa Sheila akan ikut dalam rombongan itu. 
"gue gak janji" Kata Ben akhirnya setelah lama terdiam , sibuk dengan pikirannya
"please ben, gue gak mungkin pergi sendiri , masa gue ada diantara 3 orang cewek sih, malu gue"  Benny memasang muka sememelas mungkin agar Ben berubah pikiran. 
"ada syaratnya" Ben mengeluarkan pikiran jahatnya
"apa? asal loe gak minta gue jadi pembokat loe aja selama berbulan-bulan"
"hahaha gue minta jam tangan yang mama beliin buat loe dari singapore itu"
"yaelahhhh jangan dong ben, jahat banget sih loeee sama adik sendiri" 
"loe mau atau gak? " Ben menaik turunkan alisnya 
"terpaksa nih gue, nih ambil" kata Benny sambil membuka jam tangannya dan memberikannya ke Ben 
"gitu dong. nanti gue ngajak Joe ikut biar ramai"
"terserah loe aja" Benny beranjak dari kursi yang didudukinya menuju ruang tamu . 

******
Sore ini coffee shop yang sedang disinggahi Sheila dan Ocha tampak sepi karena hujan baru saja turun membasahi setiap sudut kota ini, sebagian orang memilih untuk bermalas-malasan dirumah dan sebagian orang lain terjebak dirumah karena hujan. 
Menunggu hujan seperti menunggu Cinta kau dihadapkan pada dua pilihan terus menunggu atau berlari menerobos hujan itu dengan resiko akan basah kuyup. seperti halnya cinta , kau memilih menunggu cinta itu datang padamu atau berlari dengan berani kepada cinta itu tentunya dengan berbagai resiko yang ada. seperti saat ini yang sedang dilakukan oleh Ben yaitu 'menunggu' 

"muke loe kenapa?kusut amat kayak baju belum disetrika" Ocha melirik kearah Sheila lalu kembali terfokus dengan laptop dihadapannya . 
"aku gak kenapa-kenapa kok" 
"bohong, nenek-nenek yang udah sekarat juga tau kali kalau loe lagi mikirin sesuatu" Ocha masih sibuk dengan laptopnya 
"aku cuman lagi mikirin Benny" Sheila membuang nafas berat 
"mikirin Benny atau Ben? " Ocha melirik kearah Sheila lalu menaik turunkan alisnya 
"Benny, lagian ngapain sih aku mikirin Ben" 
"loe masih senang ngebohongin diri sendiri ternyata"
"maksud kamu?"
"pasti sekarang yang ada dipikiran loe itu 'gue sukanya sama benny atau ben ya' , 'gue harus gimana ya' ? " Ocha menirukan suara Sheila
"kamu makin lama makin sok tau ya? " Sheila menyentil hidung Ocha 
"hahaha, gini ya Sheil , tanpa loe sadar loe itu sebenarnya suka sama Ben bukan sama Benny tapi karena keadaan yang memaksa loe buat sama Benny , maksud gue perjodohan ini "
"kamu kok bisa mikir aku suka sama Ben sih" 
"mata loe itu ngomong semua , gue bisa liat gimana cara loe ngelihat Ben dan gimana cara loe ngelihat Benny , itu tuh beda " kini Ocha fokus menatap Sheila yang duduk didepannya lalu menyeruput sedikit hot coffee latte nya . 
"kamu kan dari awal tahu kalau aku sukanya sama Benny bukannya Ben " Sheila terus melihat Ocha yang sekarang sedang menertawakannya 
"Sheila, sheila... kamu sadar gak sih ? perasaan suka sama perasaan sayang itu beda . loe itu hanya kagum sama Benny dan loe suka sama dia karena perasaan kagum itu, beda dengan perasaan loe ke Ben , loe sayang sama Ben sebagai cewek yang sayang kecowok" 
Sheila hanya diam sambil menatap iced mocha nya menunggu Ocha melanjutkan kata-katanya
"sekarang terserah loe sih, loe mau terus bertahan sama kedaan loe sekarang atau loe berani buat ngambil keputusan untuk kebahagiaan diri loe asendiri" 
"itu berarti harus ada yang merasa tersakiti diantara Ben dan Benny " Sheila akhirnya meminum iced mochanya sampai setengah . 
"cinta itu sebuah pengorbanan, kalau pada akhirnya loe memilih buat sama Ben itu artinya Benny bakalan terluka tapi kalau Benny benar-benar sayang sama loe dia pasti bakalan ngelepasin loe buat bahagia sama orang yang loe sayang" 
Sheila menarik nafas mendengar kalimat terakhir Ocha sebelum cewek itu pamit pulang karena mamanya sudah menjemputnya , Sheila menatap keluar cafe hujan masih saja belum ingin berhenti lalu samar-samar Sheila mendengar suara ariana grande memenuhi seisi cafe.

'Almost , almost is never enough
so close to being in love 
if i would have known that that you wanted me 
the way i wanted you 
meybe we wouldn't be two world apart 
but right here in each others arms
well we almost knew what love was 
but almost is never enough

*****
Hari ini datang juga, Ben merapatkan jaketnya karena udara puncak yang dingin sangat berbeda dengan udara di Jakarta yang sangat panas. 
Ben melihat sekitarnya pohon-pohon yang rimbun jalan yang belum diaspal , suara burung yang saling bersahutan dan mata Ben berhenti saat tatapannya tertuju pada Sheila , cewek itu terlihat kesusahan saat ingin menurunkan tasnya dari bagasi mobil, saat Ben ingin melangkahkan kakinya untuk membantu Sheila langkahnya terhenti saat Ben melihat Benny berjalan mendekati Sheila, lalu cewek itu tersenyum menatap Benny yang membantunya. Ben tersenyum miris menatap pemandangan dihadapannya. 
"GALAU akut loe" tiba-tiba suara Joe mengagetkan Ben 
"loe ngomong lagi, gue beri nih " Ben mengepalkan tangannya didepan Joe 
"yaelahh udah jadi raja galau sekarang mau jadi raja sensitif juga?" joe masih meneruskan bercandaanya saat Ben sudah berjalan meninggalkannya 

"aku dari tadi lihat kalau Ben terus ngeliatin Sheila deh, kamu nyadar gak? " Siska menyikut Ocha yang sedang sibuk makan 
"lihat , Sheila nya ajah yang gak sadar" 
"lagian Sheila mana sih? kok daritadi gak kelihatan?"
"ituu" Ocha menunjuk Sheila dan Benny yang sedang berada ditaman belakang vila 

"kamu senang disini? " tanya Benny saat ia dan Sheila mempunyai kesempatan berduaan
"suka, tempatnya bagus banget , sejuk lagi" jawab Sheila matanya menerawang menatap keindahan pemandangan 
"aku senang kalau kamu senang" Benny lalu memegang tangan Sheila , sheila hanya tersenyum kearah Benny
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata melihat mereka dari dalam vila
"thats should be me holdin your hand , thats should be me makin you laugh , thats should be me" Joe menyanyikan lirik lagu itu ditelinga Ben lalu tertawa saat wajah Ben menegang " loe sadar man, mulai sekarang loe harus masukin lagu itu di playlist music loe" Joe kembali tertawa lalu berlari meninggalkan Ben saat ia melihat Siska melewati ruangan mereka tadi. 

**** 
Malam ini mereka berencana makan malam bersama di vila karena siska meyakinkan semua orang bahwa ia bisa memasak dengan sangat baik.
suasanan makan malam yang penuh canda tidak membuat Ben dapat bahagia seperti teman-temannya yang sedang bercanda satu sama lain , Ben merasa muak melihat kemesraan yang ditujukan Benny kepada Sheila, cewek itu daritadi diam saja dan itu benar-benar membuat Ben muak 
"gue duluan ya guys , udah kenyang" Ben memegang perutnya lalu meninggalkan teman-temannya yang masih makan sambil bercanda. 
Sheila melirik kearah Ben sebelum cowok itu benar-benar pergi, ia merasa Ben sangat menderita akan hal ini. Sheila kembali teringat pernyataan cinta Ben beberapa bulan lalu. pernyataan yang belum sempat dijawabnya tapi secara tidak langsung telah terjawabkan oleh keadaan. 

Joe telah kembali kekamar itu artinya makan malam telah selesai , Ben memakai jaketnya lalu keluar kamar untuk mengambil minum , suasana vila tampak sepi sepertinya semua orang telah masuk kedalam kamar masing-masing. Ben berjalan memasuki dapur lalu mengambil minum tiba-tiba saja Sheila yang sedari tadi sedang sibuk mencuci piring balik dan mata keduanya bertemu, mata yang Sheila rindukan dan mata yang  benar-benar Ben rindukan sampai rasanya ia sudah tak mampu lagi bernafas saat menatap mata itu , mereka terdiam dengan pikiran masing-masing , mereka seperti sedang membicarakan rasa rindu mereka melalui tatapan itu , sampai tiba-tiba Benny muncul . Sheila cepat-cepat mengalihkan tatapannya 
"aku bantu ya?" Benny menawarkan bantuan dan disetujui oleh Sheila 
Ben buru-buru keluar tapi.. "loe kenapa buru-buru ? bantuin kita berdua dong" Benny menegur Ben yang sudah berada didepan pintu dapur 
"gue malas dijadiin obat nyamuk kalian berdua, terusin gih drama koreanya" lalu Ben tertawa garing dan segera pergi dari sana. 

****
Keesokan paginya mereka semua memutuskan untuk berenang di vila , Ben tidak ikut karena ia akan terkena flu jika berenang saat pagi hari seperti sekarang . Semua orang masih berada di luar kolam renang kecuali Sheila yang sudah terlebih dahulu menceburkan diri sedangkan Ben dan Benny , Ben sedang asyik duduk didekat kolam sambil bermain game dihpnya sedangkan Benny sedang mencuci piring bekas sarapan mereka. 
Suasana ceriah berubah gaduh saat Sheila berteriak minta tolong , cewek itu tenggelam benar-benar tenggelam Ben yang melihat itu segera berlari menuju kolam dan menolong Sheila , Ben merasa benar-benar akan gila jika terjadi sesuatu dengan Sheila,, Benny yang juga sudah berlari menghentikan langkahnya saat melihat Ben terlebih dahulu menyelamatkan Sheila. 

Ben telah berhasil menyelamatkan Sheila tapi cewek itu belum sadarkan diri juga, Benny yang melihat situasi itu segera memberikan bantuan nafas buatan untuk Sheila 
Ben mengeram dalam hati ia ingin sekali memukul Benny yang melakukan itu didepannya tapi ia tahu memposisikan diri ia sadar kalau yang melakukan itu adalah dia, semua orang akan merasa aneh . Sheila sadar .. itu membuat Ben bernafas lega. Benny menggendong Sheila menuju kamarya. 
"Sheila gimana?" Ben segera menghampiri Ocha yang baru saja keluar dari kamar Sheila 
"udah baikan , nih buburnya juga udah habis dimakan, loe tenang ajah" Ocha tersenyum dan memegang pundak Ben memberikan rasa tenang 
"bagus lahh"
"loe kawatir banget ya? tadi waktu Sheila tenggelam , loe kelihatan panik banget kayak orang kesetanan tau gak ?" Ocha menertawakan Ben 
Benny yang mendengar percakapan keduannya membenarkan apa yang dikatakan Ocha , Ben panik seperti orang kesetanan, Benny curiga tapi ia mencoba mendustai kecurigaannya. 


Malam semakin larut , jam telah menunjukkan pukul 00:00 malam, tapi Sheila terbangun dari tidurnya dan ia tidak bisa tertidur lagi , ia memutuskan untuk keluar kamar menuju balkon vila , Sheila merasakan udara malam membelai tubuhnya , ia hanya menggunakan daster panjang bertali tipis dan sialnya ia lupa membawa jaketnya. Ben yang belum bisa tidur sejak tadi bangkit keluar dari kamar, matanya tertuju pada sosok cewek dibalkon vila , ia terhenti .. itu Sheila dan disini hanya ada mereka berdua. 

Sheila merasakan kehangatan pada tubuhnya saat seseorang memeluknya dari belakang , menyandarkan wajahnya pada bahu Sheila , Ben menenggelamkan kepalanya dibahu Sheila mencium aroma wangi dirambut cewek itu . 
Sheila tahu itu Ben bukan Benny , ia tahu ini salah tapi ia tidak bisa mendustai hatinya ia rindu kehangatan ini dan ia ingin merasakannya sebentar saja. 
Beberapa menit berlalu mereka masih dalam posisi ini . 
"aku rindu sama kamu Shei" Sheila hanya diam 
"aku tahu ini salah, tapi aku benar-benar sayang sama kamu Shei" 
"Ben, aku.. " suaranya tercekat, Sheila menangis dalam diam ia tidak bisa terus seperti ini 
"aku tahu kamu gak bisa sama aku karena Benny, aku udah coba ngerti Shei, tapi apa gak bisa kita berdua mencoba menjadi orang egois untuk kali ini ? " 
Sheila masih menangis lalu ia mencoba untuk kembali kekenyataan bahwa ini semua salah, Sheila membalik badannya ingin meninggalkan Ben tapi cowok itu masih memeluk pinggangnya , mata keduanya bertemu . 
"ini gak bisa Ben, aku gak mau nyakitin Benny , orang tua kamu , mama papa aku, ini salah Ben,, please kamu jangan kayak gini" Sheila kembali menangis dalam diam 
"kamu mencoba buat gak nyakitin banyak orang tapi kamu nyakitin diri kamu sendiri " Ben menghapus air mata Sheila 
"tapi aku gak akan paksa kamu kalau kamu tetap ingin begini, aku gak bisa ngapa-ngapain ini semua keputusan kamu" 
Mata keduanya bertemu , Ben kembali menyeka air mata Sheila. saat ini Ben benar-benar bahagia karena ia bisa sedekat ini dengan Sheila , ia bahkan bisa memeluk cewek itu . Ben ingin melupakan semuannya malam ini , ia ingin menjadi egois malam ini, melupakan Benny yang akan sakit jika tahu tentang ini. Ben benar-benar ingin menjadi egois malam ini dan melupakan bebannya. 

Ben mendekatkan wajahnya dengan wajah Sheila , Ben mencium bibir Sheila semua darah ditubuhnya terasa panas , ia tahu ini salah tapi ia tidak bisa berhenti, tidak ada respon dari Sheila , tidak ada penolakkan ,, Ben terus mencium bibir Sheila .
Sheila merasakan bibir Ben dibibirnya , ia hanya diam menikmati setiap rasa itu, dan akhirnya Sheila membalas ciuman Ben , ia ingin menunjukkan kepada Ben bahwa bukan hanya Ben yang menderita ,bukan hanya yang merasakan rasa sayang itu. 
Keduanya semakin meperdalam ciuman mereka tanpa mereka sadar sedari tadi ada yang melihat mereka.

"it was like mid summer night's dream
i will be disappearing now like last night dream" _ TheHeirs

*****
setahun telah berlalu semenjak insiden itu , Ben dan Sheila seperti seseorang yang tidak saling mengenal , mereka bukan tidak saling mencintai lagi , rasa itu masih ada malah semakin bergejolak dan bergelora jika keduanya tidak sengaja bertemu . tapi Ben memutuskan untuk mengalah , ia ingin Sheila tidak merasa terbebani oleh perasaan bersalah kalau memilihnya

Gelar S1 telah disematkan untuk angkatan Sheila seperti Siska, Ocha dan Benny sedangkan Ben sudah lebih dulu menyemat gelar itu . 
Siang itu dikafe bernuansa garden Sheila, Ocha dan siska sedang becanda gurau. 
"gimana persiapan pernikahan kamu sama Benny? " Siska membuka percakapan 
"lacar kok " Sheila tersenyum 
"jangan diterusin kalau loe gak bahagia, gue tau pikiran loe dan hati loe itu cuman buat Ben" Ocha memegang tangan Sheila 
Sheila tersenyum ,Ocha memang yang paling tahu tentang dia. "tapi mungkin aku sama Ben gak jodoh cha" 
"bukannya gak jodoh tapi kalian berdua sama-sama gak memperjuangkan cinta kalian" 
"udahlah Cha, ini keputusan Sheila kita harusnya ngedukung dia dong " 
"ya udah terserah loe ajah, gue gak bakal ngebahas soal Ben lagi , tapi nanti kalau loe nyesel, jangan datang ke gue , gue gak akan mau dengerin curhatan loe" Sheila hanya tersenyum dan berharap semua akan indah pada waktunya. 

"loe gila, ogah gueee" Ben membanting handphonenya dimeja mendengar permintaan konyol Benny . 
"bantuin gue kali, hari ini gue ada wawancara pekerjaan , gak mungkin gue bisa memenin Sheila milih gaun pengantin , gue percaya sama loe, selera kita gak jauh beda"
"enggakkk!"
"please Ben , loe mau apa ? parfum gue ? jaket yang gue beli dari hasil nabung gak makan sebulan , gue kasih buat loe , asal loe nemenin Sheila nyoba gaun pengantinnya" 
"aduhhh kenapa musti gue sihhhhh , kenapa gak ocha sama siska ajah " 
"loe kan tau mereka bertiga itu gak ada yang bisa bawa mobil, ribet kan kalau musti naik taxi "
"loe emang adik paling terkutuk " Ben mengacak rambutnya frustasi.
"oke?" Benny menyikut-nyikut Ben dan hanya dibalas erangan oleh Ben. 

Ben memarkirkan mobilnya disebuah kafe bernuansa garden, lalu ia melihat Sheila berjalan menuju mobilnya , cewek itu kaget melihat yang ada dibalik kemudi itu Ben bukannya Benny
"Benny ada wawancara pekerjaan dan gue yang disuruh buat nemenin loe coba ... gaun pengantin loe" Ben menjelaskan rasa penasaran Sheila 
Sheila hanya mengangguk lalu keduanya kembali diam .. hening.. ~~~

Ini adalah gaun ketiga yang dicoba Sheila tapi Ben merasa itu tidak cocok dengannya. Ben merasa ia yang akan menikah bukan Benny , kenyataan itu membuatnya sesak . 
Tirai putih dihadapan Ben terbuka dan Sheila keluar dengan gaun putih panjang berpotongan leher sabrina dan rok panjang bergaya putri duyung. Ben merasa tiba-tiba udara disekitarnya menjadi panas , Sheila begitu cantik dan anggun. Ben mulai memikirkan kalau Sheila adalah calon pengantinnya
"gimana?" Sheila memecahkan lamunan Ben 
"emm yang ini oke, apa perlu gue foto terus kirimin ini ke Benny?" Ben menawarkan 
"gak usah kalau Benny percaya sama kamu, aku juga percaya sama kamu kok" 
Ben hanya diam ia tidak bisa melihat Sheila dengan gaun itu , rasanya ia ingin sekali berlari kearah Sheila dan menciumnya. 

Seorang pelayang memanggil Ben untuk mencoba sebuah jas hitam yang menurut Ben keren banget
"tapi mbak bukan saya pengantin cowoknya"
"tapi kan mas yang disuruh coba"
"tapi ukuran kita beda mbak"
"ini buat mas pakai saat acara pernikahan adik mas bukan buat pengantin pria kok"
Ben hanya ber OH OH ria sambil mencoba bajunya. 

**** 
Seminggu telah berlalu persiapan pernikahan Benny dan Sheila hampir saja rampung mulai dari undangan yang dibuat secara kejutan buat Sheila, Benny tidak perna ingin menunjukkan undangan kejutan itu kepada Sheila dan itu membuat Sheila keki, 
ketring, dekor , salon yang disewa, gereja yang akan menjadi tempat mereka mengikat janji suci juga baju yang mereka pesan hampir saja jadi kecuali cincin milik Benny , cowok itu belum memlilih cincin yang disarankan oleh Sheila, Sheila memberi Benny dua pilihan . 
"menurut loe ini atau ini yang bagus?" Benny menanyakan pendapat Ben mengenai cincin pernikahannya. 
"loe kenapa nanya gue sihhhh" Ben kembali mengacak-ngacak rambutnya 
"Sheila suruh gue milih dan gue pusing bangetttttt" Benny juga ikut-ikutan mengacak rambutnya
"loe suruh ajah Sheila yang milih" 
"dia suruh gue yang milih"
"Ribet loe berdua , lagian loe yang nikah kenapa loe terus nannya pendapat gue sihhh"
"gue mumet banget nih, bantuin kenapa"
"yaelah , tinggal milih ajah ribet banget, nihhh yang ini " Ben menunjuk sebuah cincin dengan bandul mutiara dengan hiasan hati. 
"ini menurut loe? serius ?"
"emm" jawab Ben kembali menonton tv 
"okeeee, thankyou man" kata Benny sambil berdiri dari tempat ia dan Ben duduk. 

****
Lagu Beautiful in white milik Shane Filan terus terdengar didalam gereja , Sheila menatap wajahnya yang kini telah dipoles make up dikaca, rambutnya sudah dibuat semakin cantik, gaun yang dipesannya juga tampak cocok. beberapa keluarga dan kerabat mereka telah datang dan masuk kedalam gereja menanti sang pengantin datang. 

Benny berdiri didepan altar dengan gugup ia terus-terus memandang kearah pintu tempat Sheila akan masuk, pemain piano mulai memainkan lagu ciri khas saat pengantin wanita memasuki gereja. tak lama kemudia Sheila masuk dengan digandeng oleh papa nya , Benny benar-benar terpesona, Sheila sangat cantik, bukan hanya Benny tapi Ben juga, Ben yang bertugas sebagai pengantar cincin hanya bisa terdiam disamping Benny. ia merasa sedikit sedih.

Saat Sheila telah sampai dihadapan Benny , keduanya saling tersenyum dan pastor muncul untuk meresmikan kedua pasangan ini. 
tapi sesuatu yang aneh terjadi , Benny menari Ben mengantikan posisinya berada dihadapan Sheila , Ben bingung yang ia tahu ia hanya bertugas mengantarkan cincin. 
"Jaga dia buat gue, gue tahu Sheila sayangnya cuman sama loe, sebenarnya ini pernikahan loe sama Sheila" Sheila masih diam tak percaya begitu juga Ben
"loe masih ingatkan gimana ngototnya gue waktu nyuruh loe yang nemenin Sheila milih baju pengantinnya ? gimana resenya gue yang minta loe milih cincin, gue sampai harus nyuri cincin kesayangan loe supaya waktu ngebuat cincinnya, gue gak usah maksa-maksa loe buat ikut lagi" Ben tidak bisa berkata apa-apa , ia benar-benar kaget dengan semua ini. 
"terus alasan kamu gak mau ngasih lihat undangannya ke aku itu karena ..." Sheila tidak melanjutkan kata-katanya 
"iya, itu karena bukan nama gue yang ada disana melainkan nama Ben, teman-teman kalian juga tahu kok tentang ini karena mereka sudah dapat undangan mereka masing-masing"
Ben dan Sheila menatap kearah siska, ocha dan Joe , ketiganya memasang muka tanpa dosa ." loe gak perlu dengan lagu thats should be me lagi man" kata Joe lalu disambut tawa dari siska dan ocha. 

Sheila merasa ini adalah kejutan paling indah yang ada dihidupnya , ia tidak menyangka bahwa ia dan Ben akan segera menjadi suami dan istri , ia tidak menyangka bahwa Ben adalah jodohnya setelah perjalanan yang sangat berat mereka rasakan . Ben tersenyum kepada Sheila , cowok itu benar-benar terlihat sangat bahagia. 
"saya Ben Pratama bersedia menerima Sheila Chirstine sebagai istriku dan berjanji untuk tetap setia kepadamu dalam senang dan susah , bahwa saya akan memelihara engkau dengan setia"
"Saya Sheila Christine bersedia menerima Ben Pratama sebagai suamiku dan berjanji untuk tetap setia kepadamu dalam senang dan susah, bahwa saya akan memelihara engkau dengan setia" 

Semua yang hadir disana sangat berbahagia termasuk orang tua Sheila dan Ben, karena mereka tetap menjadi besan. 

dengan diiucapkannya janji suci pernikahan itu Sheila dan Ben telah resmi menjadi sepasang suami istri . 

setelah memasangkan cincin dijari masing-masing , Ben mendekatkan wajahnya kepada Sheila lalu menciumnya. 


Semua yang ada disana bertepuk tangan dan tersenyum bahagia tak terkecuali Benny yang setelah ini berencana akan melanjutkan S2 nya diSingapore. 



END .. 












Template by:

Free Blog Templates