Sabtu, 07 Desember 2013

Please, Be Mine (PART 2)

"iii.iyaa apa syaratnya?" jawabnya gugup , Ben tersenyum penuh arti.
"loe harus jadi pesuruh gue selama sebulan!" Ben kini telah kembali keposisi awal , berdiri dihadapan sheila dengan satu alis dinaikkan.
"pesuruh? seperti pembantu ? aku gak mau!"
"oh jadi loe gak mau ?" Sheila menggeleng pasti bahwa ia tidak menyetujui ide gila ini.
"semua terserah loe, kalo loe gak mau .. loe tinggal tunggu aja sampai Benny tau tentang surat loe ini" Ben mengebas-ngebaskan surat itu dihadapan Sheila. "tapi kalau loe setuju, gue jamin mulut gue ini bakalan diam dan otak gue seolah-olah gak perna tau tentang semua ini" Ben kembali menaikkan sebelah alisnya tapi kali ini di tambah dengan senyum yang sama sekali tak dimengerti artinya oleh Sheila.

******
"Apa !!! loe jadi pesuruhnya Ben ? " Ocha hampir saja menumpahkan minuman yang dipegangnya kalau saja siska tidak mengambil ahli minuman itu dari Ocha
Siang ini ketiganya sedang makan siang dikantin kampus ketika Sheila menceritakan tentang kesialan yang dialaminya, tentang surat yang nyasar dan nasipnya yang harus menjadi pesuruh Ben selama sebulan.
"aku terpaksa ca, kalau gak kayak gini surat itu bakalan nyampe ke Benny dan dia bakalan ilfeel sama aku" Sheila mencoba menjelaskan semuanya kepada 2 sahabatnya ini.
"Tapi Sheila , kamu bakalan jadi pesuruh... pe su ru h ! itu sama ajah kayak pembantu ,tau gak ?" kali ini Siska yang sejak tadi diam mendengar pembicaraan Ocha dan Sheila ,buka suara.
"terus menurut kalian aku harus gimana?"
"yah mau gimana lagi ? semuanya udah kejadian kan ? kalau loe mau ngebatalin semuanya itu gak mungkin karena gue yakin banget si Ben gak bakalan mau!"
"yah udah lah sheil , kamu jalanin ajah " Siska juga tampak bingung. Sheila menarik nafas panjang penuh beban.

Siang itu Sheila memutuskan ketaman belakang kampus pikirannya masih kacau karena semua ini, dimulai dengan surat nyasar yang membawanya pada kesialan selanjutnya yaitu harus menjadi pesuruh Ben .
Sheila menyandarkan tubuhnya kesebuah pohon yang tampak rindang lalu mencoba memejamkan matanya
"kayaknya istiraha sebentar bakalan bikin pikiran aku fresh lagi" sheila merentangkan tangannya lalu mulai memejamkan matanya.
tapi tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang sedang duduk disampingnya , ia bisa merasakan suara nafas dari orang itu, Sheila membuka kedua matanya lalu mendapati Benny yang sedang terpejam disampingnya.
Sheila memperhatikan setiap sudut wajah Benny, ia merasa sangat merindukan laki-laki ini sudah lama semenjak terakhir kali mereka bertemu.

"sampai kapan kamu mau liatin aku kayak gitu?" Benny membuka matanya, Sheila salah tingkah karena tertangkap basah sedang mengagumi Benny
Sheila hanya diam menundukkan wajahnya, tapi Benny malah mengangkat wajah Sheila agar melihatnya.. keduanya cukup lama dalam posisi ini , keduanya saling bertatapan .. intens.

Sheila membiarkan dirinya jatuh dalam mata teduh itu , mata yang sangat dirindukannya akhir-akhir ini kini sedang menatapnya dengan jarak yang dekat, ia membiarkan jatungnya berdetak lebih cepat dari biasanya mencoba menikmati setiap detakan itu seperti sebuah irama lagu yang menenangkan.

"pipi kamu lucu ya ? bisa merah gitu" Benny pertama kali membuka suara dan melepaskan tatapannya dari Sheila
"hah?" Sheila menyadari pipiya yang pasti sekarang sudah memerah seperti udang rebus.
"gak usah malu kali, lucu tau " Benny memperbaiki posisi nya lalu berdiri. "aku ada kelas, bye Sheila"

Sheila tidak membalas lambaian tangan Benny ia masih terpaku dengan kajadian yang barusan terjadi, lalu ia memegang dadanya takut kalau jantungnya akan keluar dari tempatnya.

"loe ngapain disitu ? loe mau jadi penjaga nih pohon?" tiba-tiba Ben datang dan menghancurkan semua kesenangan yang baru dirasakan Sheila
"kamu ngapain disini ?"
"ikut gue" jawab Ben datar
"kemana?"
"gak usah banyak tanya" Ben menari tangan Sheila lalu menyeret gadis itu mengikuti langkahnya.
"kita mau kemana sih? gak usah tarik-tarik" Sheila melepaskan genggaman tangan Ben
"masuk "
"gak mau, sebelum kamu bilang kita mau kemana?" Sheila bersikeras tidak ingin masuk kedalam mobil Ben sampai cowok itu memaksanya masuk dengan cara yang sangat kasar.
"dasar cowok freak"

Ben memberhentikan mobilnya didepan sebuah rumah berpagar putih , rumah ini tampak minimalis karena dominan berwarna putih dan banyak jendela tinggi , setinggi ukuran anak sma. Ben masih menyeret Sheila masuk tapi kali ini cewek itu hanya diam dan mengikuti langkah Ben, ia capek kalau harus melawan karena sudah pasti Ben lebih kuat dari dia.

"Rumah ini , rumah kamu?" Sheila bertanya ketika ia melihat Ben sedang mencari kunci rumahnya didalam tasnya.
"menurut loe ? udah jelas ini rumah gue" Ben menujukkan kunci rumah itu dan membukanya.
Didepan Sheila kini terlihat rumah yang cukup mewah tapi minimalis dan sangat berantakan .
"ini rumah apa gudang sih ? kamu udah berapa lama gak bersiin rumah kamu sih? " rumah berlantai dua itu tampak sangat berantakan baju kotor berserakan , piring kotor bertumpuk dan masih banyak hal mengerikan lainnya.
"yah karena itu gue bawa loe kesini, sekarang loe beresin semuanya gue mau tidur, loe gak bisa protes ini adalah perjanjian kita" Ben mengingatkan Sheila ketika cewek itu hendak membuka mulut untuk mengeluarkan protesnya.  Ben berjalan menuju tangga tapi langkahnya terhenti setelah melihat wajah penuh harap Sheila
"loe gak usah berharap bakalan ketemu sama Benny , anak itu hari ini pulang malam "
"siisii. siapa juga yang mau ketemu sama Benny"
"loe gak usah bohong semuanya kelitan dimuka loe" Ben mengibas-ngibaskan tangannya didepan mukanya sendiri .
"cihh, cowok nyebelin" kini hanya tinggal Sheila dan semua kehancuran yang ada dirumah ini "gue harus beresin semuanya supaya gue cepat keluar dari sini"

Tidak terasa hari sudah Sore Ben bangun dari tidur siangnya dan segera turun kebawah untuk mengecek apakah pekerjaan Sheila telah beres dilakukan gadis itu, ketika tiba dibawah Ben mendapati rumah yang sudah rapi dan bersih tapi ia tidak menemukan sosok Sheila berada disitu
"apa dia sudah pulang ya?" Ben masih saja bertanya pada dirinya sendiri saat tiba-tiba ia menemukan Sheila tertidur pulas di kursi ruang tamunya.

Ben terpaku dengan pemandangan didepannya , cewek itu tersenyum dalam tidurnya, dan ia mendapati dirinya terdiam menelusuri setiap inci wajah cewek itu dengan tatapannya. Bagaimana bisa cewek yang dianggapnya aneh ini mempunyai senyum semanis itu.

Tiba-tiba Sheila bergeliat dan bangun dari tidurnya , Ben kembali memasang wajah murkanya.
"loe ngapain tidur dikursi gue? iler loe itu bakalan bikin kursi gue bau !" Ben menunjuk-nunjuk jidat Sheila dengan jari telunjuknya.
"sorry. sekarang jam berapa ?"
"jam 6"
"Apa? aku harus pulang kalau gak aku bisa ketinggalan bus" Sheila mulai panic cewek itu berlari kesana-kemari mengambil handphoennya lalu memasukkannya kedalam tasnya lalu memakai sepatunya.
"stop!!" Ben menghentikan aksi parno ketinggalan bus Sheila, Sheila menghentikan aktivitasnya lalu mendengus kepada Ben
"handphone loe mana?"
"hah?" Sheila masih belum mengerti sama ucapan Ben
Ben menarik nafas melihat kebodohan Sheila "gue bilang handphone loe mana?" kini Ben membuka tangannya meminta handphone milik Sheila, cewek itu tampak ragu memberikan Handphonenya kepada Ben tapi cowok itu malah merapasnya dan mulai menulis sebuah nomor disana.
"ini nomor gue , jangan lupa telfon gue, ada yang musti gue bicarain sama loe"  Ben mengembalikan handphone milik Sheila dan berjalan menuju tangga. "sekarang loe boleh pulang" dengan gaya mengusir Ben naik kekamarnya di lantai dua.
"jadi orang seenaknya banget sih" Sheila menghetak-hetakan kakiya dilantai karena sebal, lalu cewek itu keluar dari rumah Ben menuju halte bus.

******

"loe, kenapa loe gak nelfon gue ?" Baru saja Sheila ingin lari ketika melihat Ben tapi cowok itu sudah terlebih dahulu melihatnya.
"sorry, semalam itu aku ketiduran jadinya gak sempat nelfon kamu"
"ikut gue" Ben kembali menarik tangan Sheila mengikuti langkahnya.
"kita mau kemana sih? "
Ben berhenti berjalan " bisa gak sih loe itu gak usah banyak nanya? suara loe benar-benar bisa bikin kuping gue budek"
Sheila hanya diam mengikuti Ben. "pesanin gue makanan, gue mau bubur ayam sama teh hangat" Ben duduk santai sambil memainkan handphonennya , yang disuruh malah keki melihat kelakuan Ben
"emangnya kamu gak bisa pesan sendiri ya?" Sheila memasang muka penuh tanya
"loe lupa sama perjanjian ..." Ben belum menyelesaikan kata-katanya " iyaaaa akuuuu ingatttt bangettttt" Sheila menghentakan kakinya lalu berjalan memesankan pesanan Ben
cowok itu hanya tersenyum penuh kemenangan.

****
"hey , muka kamu kusut banget sih? " Benny duduk disamping Sheila yang lagi menundukkan wajahnya
"iya nih, aku lagi mumet banget sama seseorang , dia itu nyebelinnya banget" cerita Sheila sambil membentuk tinju di tangannya seakan ingin meninju orang yang membuatnya bad mood seharian .
"kamu lucu banget ya" Benny tersenyum melihat kelakuan Sheila
dan untuk kesekian kalinya senyum itu membuat jantungnya berdetak lebih kencang
"kamu gak ada kelas?" Benny membuka suara ketika melihat Sheila hanya diam
"gak ada semuanya udah beres, kamu juga ya?"
"iya , mau pulang bareng? kamu masih naik bus kan? " Benny memiringkan sedikit kepalanya agar dapat melihat perubahan diwajah Sheila saat dia mengajak cewek itu pulang bersama.
"emmm masih kok" Sheila telah mengumpulkan semua keberaniannya untuk menjawab ajakkan Benny ini.
"ya udah yuk" Dan Sheila kembali terpaku saat Benny memegang tangannya, hari ini semua kekesalan yang dirasakannya musna begituh saja seiring angin yang membelai rambutnya.


Sheila menghempaskan tubuhnya ditemat tidur , ia baru saja melalui hari yang berat tapi berkat Benny semuanya kini terasa indah, saat Benny tersenyum ,saat Benny berbicara, saat Benny menatapnya, saat Benny mengenggam tangannya semuanya seperti vitamin yang menguatkannya. menguatkannya dari virus bernama Ben.
"aku harap kamu bisa rasain apa yang aku rasa Benny"

*****
Seminggu telah berlalu dan tak terasa juga sudah seminggu ini ia menjadi pesuruh Ben tapi anehnya semua itu sekarang bukan lagi beban yang besar karena selama seminggu ini juga Benny dan Sheila selalu pulang bersama bahkan mereka perna makan malam bersama saat ketinggalan bus dan memutuskan untuk mengisi perut.
"ahhh Benny itu benar-benar kayak vitaminku" Sheila menghepaskan tubuhnya dikursi kelasnya
"senang dong loe? " Ocha merasa lega melihat Sheila yang sudah bahagia kembali
Sheila tidak menjawab cewek itu hanya tersenyum .
"gue ikut senang liat loe udah semangat lagi , iyakan Sis? " Ocha bertanya pada siska yang ternyata sedang tidur dikursinya karena sekarang kelas mereka sedang kosong karena dosennya tidak masuk.
"anak ini. ck" Ocha mendengus, Sheila hanya tertawa.


Kampus sudah tanpak sepi karena hari sudah hampir gelap , Sheila baru saja keluar dari perpustakaan seorang diri dan menyadari bahwa kampusnya cukup menyeramkan kalau sepi seperti sekarang.

Di tempat lain, Ben baru saja masuk kedalam mobilnya, parkiran kini telah sepi jelas saja karena proses belajar mengajar dikampusnya sudah selesai dari 2 jam yang lalu. Ben sudah akan menyalahkan mesin mobilnya saat tiba-tiba Sheila mengetuk-ngetuk kaca jendela mobilnya cewek itu berteriak dan tampak ketekutakan seperti ada yang mengejarnya. dengan cuek Ben menjalankan mobilnya meninggalkan Sheila tapi ia mendapati dirinya yang turun dari mobil dan menghampiri Sheila

"loe itu...." belum selesai Ben mengeluarkan semua protesnya terhadap Sheila , cewek itu memeluknya .. kuat.
Ben hanya diam ia tak bisa mempungkiri ada rasa hangat ketika cewek itu memeluknya , rasa yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ben bertanya dalam hatinya apa ia mengalami serangan jantung mendadak atau karena cewek ini memelukknya seperti ini , sangat erat dan hangat.



Bersambung~

Happy Reading, sorry kalau banyak salah yaa kekeke~ <3

Template by:

Free Blog Templates